Subscribe:

Ads 468x60px


Selasa, 25 Desember 2012

TAHFIDZ BAG.2



Metode menghafal Al-Qur’an

A. Perangkat penunjang yang dibutuhkan
  1. Mushaf standar Madinah.
Dipakai karena standar internasional dan letak posisi ayat dan surat sama seluruh dunia.
  1. MP3 player atau HP yang memiliki MP3 player.
Untuk memutar file murottal yang akan dihafalkan dalam rangka membiasakan telinga mendengarnya sehingga bacaan tersebut tidak asing.
  1. Buku evaluasi hafalan dan muroja’ah.
Sebagai evaluasi usaha menghafal dan menjaga kedisiplinan muroja’ah dan menghafal.

B. Cara menghafal
  1. Niatkan untuk taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah azza wa jalla.
  2. Hafalan dimulai dari juz 30, dari surat An-Naba’ sampai An-Nas, kemudian dilanjutkan dengan juz 29, juz 28, juz 1, juz 2, dst.
  3. Memberi kode halaman berdasarkan lembarannya. Lembar ke-1 halaman depan diberi kode 1A, halaman belakang 1B. Lembar ke-2 halaman depan diberi kode 2A, halaman belakang 2B, dan seterusnya[1]. Ini bertujuan untuk mengindeks surat dan ayat dalam hafalan kita untuk memudahkan pencarian jika dibutuhkan.
  4. Membagi hari dalam 1 pekan (7 hari) menjadi: 5 hari untuk menghafal dan 2 hari untuk muroja’ah halaman yang dihafalkan.
  5. Secara umum 1 halaman mushaf Madinah terdiri dari 15 baris, maka kita rinci sebagaimana berikut:
(a)    15 baris dihafalkan selama 5 hari (15 : 5 = 3), sehingga target dalam sehari menghafalkan 3 baris.
(b)   Hari pertama menghafalkan 3 baris pertama, hari ke-2 menghafalkan 3 baris ke-2, dan seterusnya sampai selesai 1 halaman di hari ke-5.
(c)    Hari ke-6 dan ke-7 mengulang-ulang (muroja’ah) hafalan 1 halaman sampai lancar.
  1. Cara mempercepat proses menghafal yaitu membaca 3 baris secara langsung (bukan per ayat) sebanyak 20 kali[2], dengan rincian:
(a)    Diupayakan selesai untuk sekali duduk dan tidak diselingi dengan aktivitas lain (harus fokus membaca). 20 kali baca untuk 3 baris dibutuhkan waktu antara 5-10 menit (tergantung kecepatan baca). Itu artinya untuk sekali duduk harus disediakan waktu 5-10 menit.
(b)   Agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan agar proses menghafal ini tidak menjadi beban yang sangat berat maka membaca 3 baris sebanyak 20 kali ini hendaknya dilakukan setiap selesai sholat fardhu (3 baris yang sama di hari yang sama).
(c)    Jika di hitungan ke-15, misalkan, sudah mulai hafal maka lanjutkan membaca sampai ke-20 dengan menutup mushaf (membaca dengan hafalan).
(d)   Setelah selesai, kembalilah pada rutinitas sehari-hari dan ulangilah langkah-langkah ini di waktu sholat berikutnya.
(e)    Hari ke-2, lanjutkan ke 3 baris ke-2 tanpa perlu mengulang-ulang lagi 3 baris pertama dan demikian seterusnya sampai selesai di hari ke-5.
(f)    Hari ke-6 dan ke-7, membaca 1 halaman keseluruhan dan diulang-ulang minimal 4 kali setiap selesai sholat fardhu atau menyediakan waktu khusus (seperti ba’da sholat maghrib sampai isya’) untuk mengulang-ulang sebanyak 20 kali (waktu sekitar 25-50 menit).
(g)   Semua langkah di atas hendaknya diiringi dengan setiap saat (selain waktu menghafal) mendengarkan murottal halaman yang dihafalkan menggunakan mp3 player atau HP dengan perangkat headset (jika dikhawatirkan mengganggu orang lain) untuk mempercepat proses menghafal[3].
(h)   Jika semua langkah di atas dilaksanakan dengan disiplin dan istiqomah, insya Allah dalam sepekan sudah hafal 1 halaman dan hari ke-8 sudah bisa menghafal halaman berikutnya.
  1. Jika sudah memiliki hafalan 1 halaman maka muroja’ahnya adalah dengan membaca halaman yang sudah dihafal (misal: 1A) minimal sekali dalam sehari atau juga bisa dijadikan bacaan dalam sholat dengan tanpa mengganggu jadwal aktivitas menghafal halaman berikutnya.
  2. Jika sudah memiliki hafalan 1 lembar (misal: 1A dan 1B) maka muroja’ahnya adalah hari pertama muroja’ah 1A, hari ke-2 muroja’ah 1B, hari ke-3 muroja’ah 1A, dst. (Secara rinci dipandu di buku evaluasi menghafal dan muroja’ah)[4].

Setoran Hafalan
Sebagai bahan evaluasi dan untuk memacu semangat serta menjaga keistiqomahan dalam menghafal Al-Qur’an maka hafalan harus disetorkan kepada ustadz yang bersedia menerima setoran hafalan yang terdekat dengan tempat tinggal Anda. Jika tidak mendapatkan maka kami menyediakan layanan setor hafalan melalui HP di call center kami.

Keutamaan menghafal Al-Qur’an
  1. Lisan selalu basah dengan dzikir yang paling utama, yaitu membaca Al-Qur’an.
  2. Mempercepat naiknya iman sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh As-Sa’di ketika menafsirkan ayat: Dan apabila dibacakan pada mereka ayat-ayat-Nya maka ayat-ayat itu menambah iman pada mereka. (Al-Anfal: 2).
  3. Mendidik seseorang jauh dari maksiat dalam rangka menjaga hafalan yang susah payah dia hafalkan.
  4. Mendidik seseorang meninggalkan kesia-siaan dan memanfaatkan waktu dengan ibadah.
  5. Tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai.

Pertanyaan yang sering ditanyakan
  1. Mengapa target hafalan per halaman kok bukan per surat?
Ini bertujuan untuk tetap menjaga semangat dalam menghafal. Tidak dipungkiri bahwa yang menyebabkan kita merasa tidak mampu dan putus asa dalam menghafal selama ini adalah ketika melihat surat-surat yang panjang seperti surat Al-Baqoroh, Ali Imron, dll. Terbayang dalam benak: kapan bisa menyelesaikannya sementara surat yang pendek saja susah hafalnya. Akhirnya kita merasa cukup dengan surat-surat pendek saja. Dengan memperkecil target, insya Allah itu bisa menjaga semangat karena tidak lagi terpengaruh dengan panjang pendeknya surat yang dihafal. Bahkan setiap halaman yang sudah di hafal semakin menambah semangat untuk menghafal halaman berikutnya.

  1. Mengapa mengulang-ulang bacaan tidak per ayat?
Metode ini bertujuan untuk membiasakan menghafal dengan kalimat panjang karena tidak selamanya kita akan menghafal ayat-ayat pendek. Bahkan seiring waktu kita membiasakan hafalan Al-Qur’an, bisa jadi kita bisa menghafal 1/2 halaman sekaligus atau 1 halaman sekali duduk. Jika demikian maka semakin cepat waktu kita bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an (tidak lagi 12 tahun). Akan tetapi ini tergantung pada kemampuan masing-masing individu yang tidak sama dan tidak bisa dipaksakan.

  1. Apakah saya mampu sementara saya memiliki aktivitas sehari-hari yang demikian menyibukkan?
Pepatah Arab mengatakan: Man jadda, wajada (siapa saja yang bersungguh-sungguh, maka dia akan menapatkan).
Maka demikian juga kami katakan. Semua kembali kepada pertolongan Allah, kemudian kesungguhan usaha masing-masing.
Kehadiran program ini memang untuk memberi solusi bagi orang-orang seperti Anda. Kalau seseorang bisa menghafal Al-Qur’an karena dia fokus dalam masalah itu dan tidak diganggu dengan urusan lain, maka itu suatu hal yang wajar dan seharusnya memang demikian. Tapi jika ada orang yang sudah disibukkan dengan aktivitas sehari-hari kemudian bisa menghafal Al-Qur’an maka ini yang luar biasa.
Anda coba dulu metode ini dengan disiplin dan istiqomah, jika ada kendala bisa kita diskusikan untuk mencari jalan keluarnya.

  1. Bagaimana dengan halaman yang terdapat pembatas surat seperti juz 30 lembar 1B?
Tetap Anda hafalkan sebagaimana terdapat dalam halaman tersebut. Keuntungannya adalah kita menghafal sekaligus urutan surat-suratnya.

  1. Bagaimana kalau saya sudah hafal juz 30 apakah saya harus mengulang hafalan sesuai metode ini?
Tidak perlu! Anda langsung menghafalkan juz 29. Yang Anda butuhkan untuk juz 30 hanyalah metode muroja’ahnya saja dan itu Anda akan dapatkan dalam buku evaluasi menghafal dan muroja’ah.

  1. Jika di baris ke-3 akhir ayat ada di tengah baris, apakah saya harus menghentikannya di akhir baris atau di akhir ayat?
Ukuran tiga baris ini tidak paten harus tiga baris penuh, tapi menyesuaikan dengan kondisi akhir ayat. Jika akhir ayat ada di tengah baris maka Anda hentikan bacaan di sana, sementara sisa bacaan ayat di baris tersebut diikutkan ke 3 baris berikutnya. Jadi ini bukan suatu yang paten, tapi fleksibel menyesuaikan keadaan.

  1. Bagaimana jika mengulang-ulang bacaan itu kurang dari 20 kali?
Saya pernah mempraktekkannya dan ternyata hasilnya hafalan kurang kuat. Sepertinya 20 kali itu ukuran minimal, jika lebih maka lebih baik. Allahu a’lam.

  1. Apa saja kiat untuk memperkuat hafalan?
1.      Berdoa kepada Allah untuk dimudahkan dan dikuatkan hafalan.
2.      Hindari maksiat.
3.      Jaga kehalalan dan kethoyyiban makanan kita.
4.      Disiplin dalam muroja’ah.

  1. Saya sudah tua, apakah saya bisa mengikuti program ini?
Tidak ada satu pun yang bisa dan boleh menghalangi seseorang untuk beramal sholeh, lebih-lebih dalam menghafal Al-Qur’an yang merupakan petunjuk dari Allah. Apakah bisa menyelesaikan hafalan sesuai dengan target, serahkan semua hasilnya kepada Allah. Bukankah yang dinilai oleh Allah adalah kesungguhan usahanya, bukan semata-mata hasilnya? Kami bersyukur kepada Allah jika Anda bergabung dengan program kami. Mudah-mudahan ini bisa menjadi ladang amal sholeh yang menguntungkan untuk kita semua di dunia dan di akhirat.

Teknis Pelaksanaan di Masing-masing Mudiriyah
  1. Masing-masing mudiriyah membentuk lembaga pendidikan “Ma’had terbuka”.
  2. Mengumpulkan peserta didik dari anggota jamaah (sebagai kegiatan tarbiyah) dan dari luar anggota jamaah (sebagai kegiatan dawlam).
  3. Menyiapkan ustadz yang siap menerima setoran hafalan dan mampu membimbing tahsinul qur’an.
  4. Menyiapkan ustadz yang mampu mengajar tafsir Al-Qur’an tiap juz yang sedang dihafalkan[5].
  5. Menyiapkan ustadz yang mampu mengajar bahasa Arab kitab.
  6. Setoran hafalan bisa dilakukan setiap saat, sesuai kesepakatan dengan ustadz masing-masing sambil membenahi bacaan-bacaan yang kurang tepat (tahsinul qur’an).
  7. Menjadual kajian tafsir sekali sepekan (waktu sesuai kesepakatan bersama).
  8. Jika sudah selesai menghafal 1 juz maka diadakan ujian:
1.      Hafalan diujikan ke ma’had tahfizhul qur’an terdekat, jika memungkinkan.
2.      Ujian tafsir dilaksanakan dua tahap: ujian lisan dan tulis di tempat masing-masing.
3.      Untuk ujian bahasa Arab dibuat waktu tersendiri menyesuaikan dengan selesainya pembahasan yang akan diujikan.

Target Pencapaian
Target yang diharapkan dengan metode ini adalah peserta didik mampu menghafal Al-Qur’an (secara lafazh dan makna) dengan mudah dan ringan, tanpa banyak mengganggu aktivitas kesibukan sehari-hari yang menjadi kewajibannya.

Demikian, mudah-mudahan Allah ‘azza wa jalla meridhoi dan memberi kemudahan menjalankan program ini, karena sesungguhnya Allah Maka Kuasa atas segala sesuatu.




[1]     Berdasarkan metode Al-Qosimy.
[2]     20 kali pengulangan ini berdasarkan temuan Syaikh Dr. Muhsin, imam masjid Madinah.
[3]     Disediakan murottal yang sudah dipotong-potong per halaman mushaf Madinah.
[4]     Metode muroja’ah yang dikonsep oleh Syaikh Yusuf ‘Uyairi rohimahullahu wa taqobbalahu minasy syuhada’ dengan sedikit modifikasi.
[5]     Disediakan modul tafsir Ibnu Katsir (lengkap, bukan ringkasan) per juz baik yang berbahasa Arab dan terjemah.

Minggu, 23 Desember 2012

PROGRAM TAHFIZ



PROGRAM TAHFIZHUL QUR’AN 12 TAHUN
UNTUK UMAT

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا  ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ  ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Fathir: 32)

Berkata Ibnu Katsir rohimahullah: Allah ta’ala menjadikan orang-orang yang beramal dengan Al-Qur’an adalah orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami dan termasuk umat ini, kemudian membagi mereka menjadi 3 kelompok:
  1. (lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri) yaitu orang yang lalai dalam mengerjakan sebagian perkara-perkara wajib dan melakukan sebagian perkara-perkara haram.
  2. (dan diantara mereka ada yang pertengahan) yaitu orang yang melaksanakan perkara-perkara wajib, meninggalkan perkara-perkara haram, dan kadang-kadang meninggalkan sebagian perkara-perkara sunnah dan mengerjakan sebagian perkara-perkara makruh.
  3. (dan diantara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah) yaitu orang yang mengerjakan perkara-perkara wajib dan sunnah dan meninggalkan perkara-perkara haram dan makruh dan sebagian perkara-perkara mubah.

Ali bin Abi Tholhah berkata dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: (kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami), beliau berkata: mereka adalah umatnya Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam. Allah mewariskan kepada mereka semua kita yang Dia turunkan. Maka orang yang zholim diantara mereka diberi ampunan untuknya, orang pertengahan diantara mereka dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang yang lebih dahulu dari mereka masuk surga tanpa hisab.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Darda’ rodhiallahu ‘anhu, berkata: saya mendengar Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman: (Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah), adapun orang-orang yang lebih dahulu adalah orang-orang yang masuk surga tanpa hisab, adapun orang-orang yang pertengahan adalah orang-orang yang dihisab dengan hisab yang ringan, dan adapun orang-orang yang menzholimi diri mereka sendiri adalah orang-orang yang dihisab sepanjang waktu mahsyar .... (Al-Musnad 5/198). Selesai dengan ringkas.

Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ   ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ro’du: 28)

[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata: Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan. Bagaimana keadaan air bila dia dikeluarkan dari air?

Dzikir adalah obat bagi hati yang keras, sebagaimana seseorang mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri rohimahullah: Wahai Abu Sa’id, saya mengadu kepadamu tentang kerasnya hatiku. Beliau menjawab: Cairkan hatimu dengan dzikir!] (Tazkiyatun Nafs, Syaikh Dr. Ahmad Farid)

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
Bacalah Al-Qur’an karena dia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya. (HR. Muslim)

Dan dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an yang akan memberi syafaat pada orang-orang yang membacanya nanti pada hari kiamat pada saat syafaat sangat diharap-harap untuk menyelamatkan dirinya dari siksa neraka. Karena demikian pentingnya dzikir bagi kehidupan hati, ketenteraman hati, dan selamatnya dari siksa neraka maka diperlukan program untuk membimbing umat agar senantiasa lisannya basah dengan dzikir membaca Al-Qur’an yaitu membimbing mereka dalam menghafal Al-Qur’an.

Menghafal Al-Qur’an adalah kebutuhan penting bagi kita semua karena merupakan petunjuk hidup yang mengantarkan kita pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun menghafal Al-Qur’an keseluruhan (30 juz) bagi masyarakat secara umum --bahkan bisa jadi juga menurut kita-- itu merupakan keistimewaan yang Allah berikan pada orang-orang tertentu, tidak untuk setiap orang. Akibatnya menimbulkan anggapan bahwa kita tidak akan mampu untuk menghafal Al-Qur’an, apalagi jika melihat kesibukan dan padatnya aktivitas sehari-hari yang kita lakukan. Menghafal Al-Qur’an hanya bisa dilakukan di pondok pesantren-pondok pesantren dan dilakukan oleh orang yang memang fokus untuk menghafal dan tidak punya kesibukan lain. Berangkat dari kenyataan ini, program tahfizhul Qur’an 12 tahun ini di wujudkan untuk membantah anggapan-anggapan di atas.

Program ini diperuntukkan :
  1. Kaum muslimin yang tidak lagi memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu (tahfizhul Qur’an) di pondok pesantren karena tidak memiliki biaya atau karena sebab lainnya.
  2. Kaum muslimin yang sudah disibukkan dengan urusan dakwah, jihad, ekonomi, keluarga, dll.
  3. Kaum muslimin yang sudah lanjut usia yang memiliki semangat untuk taqorrub kepada Robbnya.

Mengapa 12 tahun?
Angka 12 tahun itu didapatkan dari target minimal menghafal 1 halaman Al-Qur’an mushaf Madinah dalam sepekan dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah halaman Al-Qur’an (mushaf Madinah)           = 604 halaman
Target hafalan per pekan                                             = 1 halaman
Satu tahun (masehi)                                                    = 52 pekan
Jadi untuk menyelesaikan seluruh Al-Qur’an dibutuhkan waktu = 604 : 52 = 11,62 tahun
                                                                                                                    (dibulatkan 12 tahun)

Dengan lamanya waktu ini kami katakan: Dari pada cepatnya waktu menghafal yang kita kejar dan akhirnya putus asa tidak menghafal karena tidak hafal-hafal sehingga 12 tahun berlalu usia kita tanpa ada satu surat pun yang kita hafal bahkan yang sudah dihafal pun akhirnya hilang terlupakan, lebih baik lambat target waktu kita, tapi insya Allah 12 tahun berlalu usia kita dan kita sudah hafal Al-Qur’an.